PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tuhan menciptakan dua makhluk dimuka
bumi, yang satu bersifat anorganis (benda mati) dan yang lain bersifat organis
(makhluk hidup). Benda yang menjadi pengisi bumi tunduk pada hukum alam
(deterministis) dan makhluk hidup tunduk pada hukum kehidupan (biologis),
tetapi yang jelas ciri-ciri kehidupan manusia sebagai makhluk yang tertinggi,
lebih sempurna dari hewan maupun tumbuhan.
Dari sekian banyak ciri-ciri manusia
sebagai makhluk hidup, akal budi dan kemauan keras itulah yang merupakan sifat
unik manusia. Manusia merupakan makhluk hidup ciptaan tuhan yang paling
berhasil dalam persaingan hidup di bumi ini, meski banyak keterbatasan fisik,
seperti: ukuran, kekuatan, kecepatan, dan panca inderanya, bila dibandingkan dengan
penghuni bumi lainnya. Keberhasilan itu disebabkan oleh manusia memiliki
kemampuan otak yang lebih baik daripada makhluk lainnya, yang memungkinkan
lebih mudah untuk beradabtasi dengan lingkungannya.
Rasa ingin tahu, juga merupakan
salah satu ciri khas manusia. Ia mempunyai kemampuan untuk berpikir sehingga
rasa keingintahuannya tidak tetap sepanjang zaman. Karena apa? Karena manusia
akan selalu bertanya apa, bagaimana dan mengapa begitu. Manusia juga mampu
menggunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk dikombinasikan dengan
pengetahuan yang baru sehingga menjadi pengetahuan yang lebih baru.
Dalam makalah ini, kelompok kami
akan membahas tentang “Alam Pikiran Manusia dan Perkembangannya”. Bagaimana
hakikat manusia dan keingintahuannya, perkembangan pikiran manusia, serta
bagaimana sejarah pengetahuan manusia.
B.
Rumusan Masalah
Di dalam makalah ini yang berjudul
“Alam Pikiran Manusia dan Perkembangannya” mempunyai beberapa rumusan masalah
yaitu :
1. Apa hakekat alam pikiran manusia
yang sebenarnya dan bagaimana sifat keingintahuannya?
2. Bagaiman perkembangan fisik, sifat,
dan pikiran manusia?
3. Bagaimana sejarah pengetahuan
manusia?
C.
Tujuan Penulisan Makalah
Makalah Ilmu Kealaman Dasar ini mempunyai beberapa tujuan,
yaitu :
- Untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah Ilmu kealaman Dasar sebagai salah satu proses perkuliahan.
- Untuk mengetahui bagaimana alam pikiran manusia yang sebenarnya dan sifat keingintahuannya
- Untuk mengetahui perkembangan fisik, sifat, dan pikiran manusia
- Untuk mengetahui alam pikiran manusia dan perkembangannya
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat Manusia dan Keingintahuannya
Manusia dengan
kemampuan berpikir dan bernalar, dengan akal serta nuraninya memungkinkan untuk
selalu berbuat yang lebih baik dan bijaksana untuk dirinya maupun
lingkungannya.
1.
Kelebihan Manusia dari Penghuni Bumi Lainnya
Manusia sebagai makhluk yang memiliki kelebihan
dibandingkan dengan penghuni bumi lainnya. Beberapa kelebihan manusia dari pada
makhluk lainnya antara lain :
a)
Manusia sebagai makhluk berpikir dan bijaksana
(Homo sapiens) yang dicerminkan dalam tindakan dan perilakunya terhadap
lingkungannya.
b)
Manusia sebagai pembuat alat karena sadar akan
keterbatasan inderanya.
c)
Manusia dapat berbicara (Homo Langues) baik
secara lisan maupun tulisan.
d)
Manusia dapat hidup bermasyarakat (Homo sosius)
dan berbudaya (Homo Humanis).
e)
Manusia dapat mengadakan usaha (Homo
Economicus).
f)
Manusia mempunyai kepercayaan dan beragama
(Homo religious).
2.
Rasa Ingin Tahu dan Terbentuknya Ilmu
Pengetahuan Alam
Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) bermula dari rasa ingin tahu, yang merupakan suatu ciri
khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang benda-benda di
sekelilingnya, alam sekitarnya, angkasa luar, bahkan tentang dirinya sendiri.
Rasa ingin tahu
seperti itu tidak dimiliki oleh makhluk lain. Jelas kiranya bahwa rasa ingin
tahu itu tidak dimiliki oleh benda-benda tak hidup seperti batu, tanah, api,
angin, dan sebagainya. Air dan udara memang bergerak dari satu tempat ke tempat
lain, namun gerakannya itu bukan atas kehendaknya tetapi sekedar akibat dari
pengaruh alamiah yang bersifat kekal.
Bagaimana
dengan makhluk-makhluk hidup seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang? Sebatang
pohon misalnya, menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan atau gerakan, namun gerakan
itu terbatas pada mempertahankan kelestarian hidupnya yang bersifat tetap.
Misalnya, daun-daun yang selalu cenderung untuk mencari sinar matahari atau
akar-akar yang selalu cenderung untuk mencari air yang kaya mineral untuk
kebutuhan hidupnya. Kecenderungan semacam ini nampak berlangsung sepanjang zaman.
Bagaimana
dengan binatang yang menunjukkan adanya kehendak berpindah (eksplorasi) dari
satu tempat ke tempat yang lain? Misalnya ikan, burung, harimau atau binatang
yang sangat dekat dengan manusia yaitu monyet? Tentunya burung-burung bergerak
dari satu tempat didorong oleh suatu keinginan, antara lain rasa ingin tahu.
Ingin tahu apakah di sana ada cukup makanan untuk disantap sendiri atau bersama
yang lain. Ingin tahu apakah disuatu tempat cukup aman untuk membuat sarang.
Setelah mengadakan eksplorasi tentu mereka menjadi tahu. Itulah “pengetahuan”
dari burung tadi. Burung juga memiliki “pengetahuan” bagaimana caranya membuat
sarang di atas pohon. Burung manyar atau burung tempua begitu pandai menganyam
sarangnya yang begitu indah bergelantungan pada daun kelapa, namun
pengetahuannya itu ternyata tidak berubah-ubah dari zaman ke zaman.
Bagaimana
dengan monyet yang begitu pandai? Bila kita perhatikan baik-baik kehidupan
monyet-monyet tersebut, ternyata kehendak mereka ingin mengeksplorasi alam
sekitar itu didorong oleh rasa ingin tahu yang tetap sepanjang zaman atau yang
oleh Isaac Asimov (1972) disebut sebagai “Idle Curiousity” atau “Instinct”
Instink itu berpusat pada satu hal saja yaitu untuk mempertahankan kelestarian
hidupnya. Untuk itu mereka perlu makan, melindungi diri dan berkembang biak.
Bagaimana
dengan manusia? Manusia juga memiliki instink seperti yang dimiliki oleh hewan
dan tumbuh-tumbuhan. Namun, manusia memiliki kelebihan, yaitu “kemampuan
berpikir” dengan kata lain “curiousity-nya” tidak “idle” tidak tetap seperti
itu sepanjang zaman. Manusia memiliki rasa ingin tahu yang berkembang atau
dengan kata lain, manusia mempunyai kemampuan berpikir. Ia bertanya terus
setelah tahu tentang “apa”-nya, mereka juga ingin tahu “bagaimana” dan “mengapa”
begitu. Manusia mampu menggunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk
dikombinasikan dengan pengetahuannya yang baru, menjadi pengetahuannya yang
lebih baru. Hal demikian itu berlangsung berabad-abad lamanya, sehingga terjadi
suatu akumulasi pengetahuan. Sebagai ilustrasi, kita bayangkan saja manusia
purba zaman dulu yang hidup di gua-gua atau di atas pohon. Namun karena
kemampuannya berpikir tidak semata-mata didorong oleh sekedar kelestarian
hidupnya tetapi juga untuk membuat hidupnya lebih menyenangkan, maka mereka
mampu membuat rumah di atas tiang-tiang kayu yang kokoh dan bahkan sekarang
manusia mampu membuat istana atau gedung-gedung pencakar langit. Bandingkan
dengan burung tempua dengan sarangnya yang indah yang nampak tak mengalami
perubahan sepanjang masa. Demikianlah juga dengan harimau yang hidup dalam
gua-gua atau monyet yang membuat sarang di atas pohon tidak mengalami perubahan
sepanjang zaman.
Rasa ingin tahu
yang terus berkembang dan seolah-olah tanpa batas itu menimbulkan
perbendaharaan pengetahuan pada manusia itu sendiri. Hal ini tidak saja
meliputi kebutuhan-kebutuhan praktis untuk hidupnya sehari-hari seperti
bercocok tanam atau membuat panah atau lembing yang lebih efektif untuk
berburu, tetapi pengetahuan manusia juga berkembang sampai kepada hal-hal yang
menyangkut keindahan.
Dengan selalu
berlangsungnya perkembangan pengetahuan itu, tampak lebih nyata bahwa manusia
berbeda dengan hewan. Manusia merupakan makhluk hidup yang berakal serta
mempunyai derajat yang tinggi bila dibandingkan dengan hewan atau makhluk
lainnya. Manusia mempunyai rasa ingin tahu ( curiousty ) yang tinggi dan selalu
berkembang. Meskipun makhluk lainnya juga memiliki rasa ingin tahu tetapi itu
hanya sebatas digunakan untuk memenuhi kebutuhan makanan saja. Perkembangan
rasa ingin tahu pada manusia dimulai dengan timbulnnya pertanyaan dari sesuatu
yang dilihat dan diamatinya. Adanya kemampuan berpikir pada manusia menyebabkan
terus berkembangnya rasa ingin tahu manusia terhadap alam semesta ini . Jawaban
tehadap berbagai banyak pertanyaan manusia terhadap peristiwa dan gejala yang
terjadi di alam semesta ini akhirnya menjadi ilmu pengetahuan.
3.
Sifat Keingintahuan Manusia
Manusia dengan
rasa ingin tahunya yang besar ,selalu berusaha mencari keterangan tentang
fenomena alam yang teramati. Untuk menjawab semua rasa ingin tahu manusia
sering mereka – reka jawaban mereka sendiri . Pengetahuan seperti inilah yang
disebut pseudo science. Ilmu pengetahuan juga berkembang sesuai dengan
zamannya dan sejalan dengan cara berpikir dan alat bantu yang ada pada saat itu
.
Cara memperoleh
sains semu ( pseudo sains ), antara lain :
|
|
Pada zaman
Yunani ( 600 – 200 SM ) terjadi pola pikir yang lebih maju dari pola pikir
mitos, dimana terjadi penggabungan antara pengamatan, pengalaman dan akal
sehat, logika atau rasional. Aliran ini disebut rasionalisme. Lebih lanjut lagi
dikenal dengan metode deduksi yaitu penarikan suatu kesimpulan didasarkan pada
suatu yang bersifat umum (Premis mayor) menuju ke yang khusus (Premis minor).
Dasar metode ilmiah sekarang adalah metode induksi, yang intinya adalah bahwa pengambilan
keputusan dan kesimpulan dilakukan berdasarkan data pengamatan atau eksperimen.
B.
Perkembangan Fisik, Sifat dan Pikiran Manusia
Tuhan menciptakan dua makhluk, yang
satu bersifat anorganis (benda mati) dan yang lain bersifat organis (makhluk
hidup). Benda yang menjadi pengisi bumi tunduk pada hukum alam (deterministis)
dan makhluk hidup tunduk pada hukum kehidupan (biologis), tetapi yang jelas
ciri-ciri kehidupan manusia sebagai makhluk yang tertinggi, lebih sempurna dari
hewan maupun tumbuhan.Dari sekian banyak ciri-ciri manusia sebagai makhluk
hidup, akal budi dan kemauan keras itulah yang merupakan sifat unik manusia.
1. Perkembangan Fisik Manusia
Tubuh manusia berubah mulai sejak
berupa sel sederhana yang selanjutnya secara bertahap menjadi manusia yang
sempurna. Sel sederhana berasal dari sel kromosom sperma yang identik dengan
kromosom sel telur, pada prosesnya akan terjadi kromosom yang tidak homolog
yang akan menjadi laki-laki.Lima minggu setelah terjadi konsepsi, bakal jantung
mulai berdenyut yang selanjutnya akan membagi menjadi serambi kiri dan kanan
pada minggu ke-9. Sedangkan pada minggu ke-13, janin sudah mulai berbentuk yang
ditandai dengan berfungsinya berbagai organ, yang selanjutnya pada usia 18
minggu mulai terasa gerakan dari janin.
Pada usia 32 minggu, janin mulai
mempersiapkan diri untuk dilahirkan dengan kepala di bawah makin mendekati
lubang kelahiran. Pada saat ini gerakan semakin berkurang. Perkembangan
tercepat terjadi pada saat setelah kelahiran sampai remaja.Perubahan fisik yang
sangat nyata, terjadi pada saat pubertas, yang ditandai di antaranya dengan
tanda kedewasaan berupa tumbuhnya rambut pada daerah-daerah tertentu dan fungsi
organ-organ reproduksi (organ genitalia).
Perkembangan pengetahuan pada
manusia sangat dipengaruhi oleh perkembangan pengetahuan semasa anak-anak,
berupa bimbingan yang baik oleh orang tua dan lingkungan yang terus akan
terbawa sampai dewasa.Sampai usia 2 tahun, perkembangan kecerdasan sangat
cepat, dari belajar, makan, berbicara dan berjalan. Pada usia 2 – 7 tahun rasa
ingin tahu akan makin besar. Masa remaja merupakan masa pertentangan dengan
dirinya maupun dengan orang dewasa, karena selalu berusaha untuk memposisikan
diri sebagai orang dewasa walaupun secara emosional belum memadai. Selanjutnya,
setelah usia 30 tahun, mulai dapat mengendalikan diri dan mampu menempatkan
diri sebagai individu yang bertanggung jawab.
2. Perkembangan Sifat dan Pemikiran
Manusia
Sifat ingin tahu manusia berkembang
seiring dengan perkembangan umur dan waktu dimana manusia tersebut hidup. Pada
zaman pra sejarah manusia hidup dari berburu dan berladang yang berpindah dari
satu tempat ke tempat lain, kemudian meningkat menjadi petani dan peternak yang
menetap.Ada dua macam perkembangan alam pikiran manusia, yakni perkembangan
alam pikiran manusia sejak dilahirkan sampai akhir hayatnya dan perkembangan
alam pikiran manusia, sejak zaman purba hingga dewasa ini.Berikut
ini,pengelompokan perkembangan kecerdasan manusia berdasarkan usia dari bayi
hingga dewasa.
a. Masa bayi (0 – 2 Tahun)
Masa bayi menurut psikologi disebut juga sebagai periode
sensomotorik.Pada periode ini,perkembangan kecerdasan bayi sangat cepat.Ia mulai
belajar makan,berjalan,berbicara,dan mengikatkan diri pada orang lain.Dengan
gerakan – gerakan anggota tubuhnya,ia belajar memadukan keterangan – keterangan
melalui semua alat inderanya.
b. Masa Kanak – kanak ( 3 – 5 Tahun )
Masa kanak – kanak disebut sebagai periode
praoperasional,dengan kisaran usia 2 – 7 tahun.Pada periode ini,dorongan
keingintahuannya sangat besar,sehingga banyak yang menyebut masa ini sebagai
masa bertanya.Apalagi pada masa ini si anak sudah memiliki keterampilan
berbahasa lisan.Namun,pada masa ini pengungkapannya sering menggunakan lambang
– lambang,seperti bermain mobil dengan garasinya menggunakan kotak kosong.
c. Masa Usia Sekolah ( 6 – 12 Tahun )
Masa ini disebut juga sebagai periode operasional
nyata,dengan kisaran usia 7-11 tahun.Pada periode ini,anak sangat
aktif,ditandai dengan perkembangan fisik, dan motorik yang baik.Para ahli
psikologi menyebut juga masa ini sebagai “ masa tenang”,karena proses
perkembangan emosional si anak telah mendapatkan kepuasan maksimal sesuai dengan
kemampuan individu.Perolehan pengetahuannya masih dengan induksi (pengamatan
dan percobaan),walaupun sudah dimulai dengan menggunakan penalaran dan logika.
d. Masa Remaja ( 13 – 20 Tahun )
Masa remaja disebut juga periode operasional formal ( 11 –
15 tahun).Periode ini merupakan masa pertentangan (konflik),baik dengan dirinya
sendiri maupun dengan orang dewasa.Mereka berusaha mengekspresikan dirinya
sebagai orang dewasa,padahal secara fisik,mental,dan emosional belum mampu
menggunakan nalar serta berhipotesis.
e. Masa dewasa ( > 20 Tahun )
Masa dewasa ini ditandai dengan kemampuan individu untuk
berdiri sendiri.Mereka mampu mengendalikan perilakunya dengan baik,menempatkan
dirinya sebagai anggota dalam kelompok serta merupakan individu yang
bertanggung jawab.
C.
Sejarah Pengetahuan Manusia
Manusia selalu
merasa ingin tahu, maka sesuatu yang belum terjawab dikatakan wallahualam,
artinya Allah yang lebih mengetahui dan wallahualam bissawab yang artinya Allah
mengetahui sebenarnya. Perkembangan lebih lanjut lanjut dari rasa ingin tahu
manusia ialah untuk memenuhi kebutuhan nonfisik atau kebutuhan alam pikirannya,
untuk itu manusia mereka-reka sendiri jawabannya.
Auguste Comte menyatakan bahwa ada tiga tahap sejarah
perkembangan manusia, yaitu 1) teologi, 2) metafisis, dan 3) positif. Perkembangan ini
dapat dipahami atau dapat dianalogikan juga sebagai perkembangan individu
manusia dari masa anak-anak, remaja, hingga dewasa. Comte menyejajarkan tahap
teologi seperti masa anak-anak, tahap metafisis seperti masa remaja, dan tahap
positif seperti masa dewasa. Dengan anggapan seperti itu Comte mensintesiskan
bahwa perkembangan pikiran manusia itu berlangsung sesuai tahapan itu secara
keseluruhan.
Melalui teori tiga tahap ini, refleksi dari sejarah manusia
merupakan pangkal yang memimpin Comte memformulasikan teori yang berdasarkan
pada filsafat positifnya. Ia
menghubungkan tahapan ini dengan fase hidup individu dan melihat fase ini
dengan kaca mata sejarah yang lebih luas. Teori tiga tahap ini merupakan jalan
sederhana untuk mendekatkan diri pada filsafat positifnya.
Tahap pertama yaitu teologi. Ini dimengerti oleh Comte sebagai being. Dalam fase ini manusia mencari sebab-sebab terakhir di belakang peristiwa-peristiwa alam dan menemukannya dalam kekuatan-kekuatan adimanusiawi. Pada masa anak-anak ini secara instingtif manusia mencoba menjelaskan fenomena-fenomena. Manusia mencari penyebab sejati dari yang tidak diketahui yang dianggap berasal dari benda berjiwa dan sesuatu yang menyerupai manusia. Oleh Comte, mentalitas animistik ini didiskripsikan sebagai tahap fetisisme. Lalu pada tahap berikutnya berkembang politeisme yang memproyeksikan kekuatan alam menjadi bentuk dewa-dewa. Berikutnya dewa-dewa politeisme ini dilebur menjadi satu konsep Tuhan monoteisme. Inilah urutan sub - bagian dari fetisisme, politeisme, hingga monoteisme yang terdapat bersama di dalam tahap teologi.
Tahap pertama yaitu teologi. Ini dimengerti oleh Comte sebagai being. Dalam fase ini manusia mencari sebab-sebab terakhir di belakang peristiwa-peristiwa alam dan menemukannya dalam kekuatan-kekuatan adimanusiawi. Pada masa anak-anak ini secara instingtif manusia mencoba menjelaskan fenomena-fenomena. Manusia mencari penyebab sejati dari yang tidak diketahui yang dianggap berasal dari benda berjiwa dan sesuatu yang menyerupai manusia. Oleh Comte, mentalitas animistik ini didiskripsikan sebagai tahap fetisisme. Lalu pada tahap berikutnya berkembang politeisme yang memproyeksikan kekuatan alam menjadi bentuk dewa-dewa. Berikutnya dewa-dewa politeisme ini dilebur menjadi satu konsep Tuhan monoteisme. Inilah urutan sub - bagian dari fetisisme, politeisme, hingga monoteisme yang terdapat bersama di dalam tahap teologi.
Tahap kedua sebagai tahap metafisis. Pada tahap metafisis ini,
penjelasan aktifitas kehendak ilahi diganti menjadi idea-idea fiksi seperti
ether, prinsip-prinsip penting, dll. Masa transisi dari tahap teologi ke
metafisis ini telah selesai ketika konsep supernatural dan dewa-dewa digantikan
oleh konsep all-inclusive Nature.
Tahap ketiga yaitu tahap positif. Tahap ini dikatakan sebagai masa
dewasa dari mentalitas. Pada tahap ini, pikiran memusatkan diri pada fenomena
atau fakta hasil observasi dimana itu semua digolongkan di bawah hukum umum
deskriptif umum, seperti hukum gravitasi. Dengan adanya hukum-hukum deskriptif
ini akan membuat berbagai prediksi menjadi nyata. Dan memang, sasaran dari
pengetahuan positif yang sejati adalah kemampuan untuk memprediksi dan
mengontrol. Pengetahuan positif itu sejati ( real ), pasti ( certain ), dan
berguna (useful). Meskipun pikiran bahwa pengetahuan positif itu pasti, namun
Comte juga mendesak bahwa ini harus ditatapkan pada perasaan relatif. Ini
karena kita tidak bisa mengetahui keseluruhan alam semesta. Pengetahuan positif
ini juga relatif dimana proses mencari yang absolut ditinggalkan. Dengan kata
lain, pengetahuan positif tidak mampu mengetahui penyebab terakhir. Comte
selalu menganggap ini hanyalah masalah pada masa teologi dan metafisis. Lalu
teori tiga tahap memiliki sedikit hubungan dengan reorganisasi masyarakat.
Comte juga menggolongkan tahap tersebut dengan bentuk organisasi sosial. Tahap
teologi diasosiasikan dengan kepercayaan pada otoritas absolut, kebenaran ilahi
dari raja, dan golongan sosial yang berbau militer. Dengan kata lain, golongan
sosial didapatkan melalui otoritas atas. Lalu dalam tahap metafisis ada
kepercayaan pada hukum-hukum abstrak. Dan yang terakhir tahap positif yang
diasosiasikan dengan perkembangan masyarakat industri. Dalam tahap ini,
kegiatan ekonomi menjadi perhatian dan terdapat para elit dalam ahli ilmu
pengetahuan yang mengorganisasikan kelompok masyarakat.
Bagi Comte, abad pertengahan itu
merupakan representasi tahap teologi. Masa pencerahan sebagai representasi
tahap metafisis. Lalu masa dimana Comte hidup merupakan awal tahap positif.
Dari tiga tahap perkembangan manusia ini dapat diambil dua point.
Pertama, berhubungan dengan kepercayaan.
Comte menyatakan kepercayaan kita ini kerdil karena tidak didasarkan akal sehat
dimana tidak ada alasan positif untuk percaya bahwa ada Tuhan yang transenden.
Dengan kata lain, penyebaran ateisme adalah ciri-ciri perkembangan pikiran pada
masa dewasa ini.
Kedua, berhubungan dengan korelasi tiga tipe organisasi sosial dengan tiga tahap perkembangan manusia.Dalam kajian ini Comte mau mengungkapkan semakin intelektual manusia maju maka perkembangan sosial dapat berjalan lebih cepat. Ini dikarenakan ada suatu rencana sosial yang dilakukan oleh para elite pengetahuan juga ada suatu apriaori bahwa semakin mental maju maka kemajuan sosial akan lebih cepat tercapai.
Kedua, berhubungan dengan korelasi tiga tipe organisasi sosial dengan tiga tahap perkembangan manusia.Dalam kajian ini Comte mau mengungkapkan semakin intelektual manusia maju maka perkembangan sosial dapat berjalan lebih cepat. Ini dikarenakan ada suatu rencana sosial yang dilakukan oleh para elite pengetahuan juga ada suatu apriaori bahwa semakin mental maju maka kemajuan sosial akan lebih cepat tercapai.
Mitos termasuk
tahap teologi atau tahap metefisika. Mitologi adalah pengetahuan tentang
mitos yang merupakan kumpulan cerita-cerita mitos. Cerita mitos sendiri
ditularkan lewat tari-tarian, nyanyian, wayang dan lain-lain.
Secara garis
besar, mitos dibedakan atas tiga macam, yaitu mitos sebenarnya, cerita rakyat
dan legenda. Mitos timbul akibat keterbatasan pengetahuan, penalaran dan
pancaindra manusia serta keinggintahuan manusia yang telah dipenuhi walaupun
hanya sementara.
Puncak hasil
pemikiran mitos terjadi pada zaman Babylonia (700-600 SM) yaitu horoskop
(ramalan bintang), eliptika (bidang edar matahari) dan bentuk alam semesta yang
menyerupai ruangan setengah bola dengan bumi datar sebagai lantainya sedangkan
langit-langit dan bintangnya merupakan atap.
Tongkak sejarah
pengamatan, pengalaman dan akal sehat manusia ialah Thales (624-546) seorang
astronom, pakar dibidang matematika dan teknik. Ia berpendapat bahwa bintang
mengeluarkan cahaya, bulan hanya mementulkan sinar matahari,dan lain-lain.
Setelah itu muncul tokoh-tokoh perubahan lainnya seperti Anaximander,
Anaximenes, Herakleitos, Pythagoras dan sebagainya.
Berlandaskan
pada pengetahuan tentang beberapa rahasia alam yang diperolehnya, manusia
kemudian berusaha untuk menguasai dan memanfaatkan pengetahuannya untuk
memperbaiki kualitas dan pemenuhan kebutuhan hidupnya. Berdasarkan hal itulah
mulailah dikembangkan pengetahuan praktis yang dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi kehidupan sosialnya. Pengetahuan ini selanjutnya disebut sebagai
teknologi yang merupakan penerapan IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Perkembangan teknologi, produksi dan industri secara tidak langsung akan
diikuti dengan perubahan pola hidup manusia. Perubahan ini juga semakin
mendorong rasa ingin tahu manusia ke arah yang lebih kompleks. Dengan demikian
manusia akan terus berusaha mengetahui segala rahasia alam semesta yang belum
terungkap.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Adapun
simpulan yang dapat diperoleh dalam makalah ini, yaitu;
Manusia dengan kemampuan berpikir dan bernalar,
dengan akal serta nuraninya memungkinkan untuk selalu berbuat yang lebih baik
dan bijaksana untuk dirinya maupun lingkungannya. Hal ini pula yang
membedakannya dengan makhluk lain (hewan). Sifat keingin tahuan manusia yang
ingin mengetahui sebab-akibat, apa, mengapa dan bagaimana sesuatu terjadi menyebabkannya
memperoleh pengetahuan baru dan semakin berkembang. Sehingga Auguste Comte memformulasikan
menjadi tiga tahap perkembangan manusia, yaitu 1) teologi, 2) metafisis, dan 3)
positif.
B. SARAN
Adapun saran penulis kepada pembaca,
yaitu:
Ø Hendaknya pembaca dapat lebih
selektif dalam menerima informasi
Ø Diharapkan pembaca dapat memperoleh
pengetahuan dalam makalah ini sehingga dapat memberikan paradigma baru mengenai
perkembangan manusia dan alam pikirannya
Ø Diharapkan pembaca dapat
mengembangkan makalah ini, sehingga makalah ini dapat menjadi lebih baik.
Daftar
Pustaka
http://matsnawati-a.blogspot.com/2014/01/alam-pikiran-manusia-dan.perkembangannya.html
Diakses tanggal 29 april 2015
http://titinmath.wordpress.com/2012/01/13/makalah-perkembangan-pikiran-manusia/
diakses tanggal 29 april 2015
http://uniartihasan-a.blogspot.com/2015/01/tahap-perkembangan-pikiran-dan-daya-manusia.htmlDiakses
tanggal 29 april 2015