Teori-teori kepuasan kerja
KEPUASAN KERJA
Tidak ada satu batasan dari kepuasan kerja/ pekerjaan yang paling
sesuai, seperti batasan dari Locke yang menyimpulkan ada dua unsur yang
penting dalam kepuasan kerja yaitu nilai-nilai pekerjaan dan
kebutuhan-kebutuhan dasar. Kepuasan kerja merupakan hasil dari tenaga
kerja yang berkaitan dengan motivasi kerja.
Howell dan Dipboye (1986) memandang kepuasan kerja sebagai hasil
keseluruhan dari derajat rasa suka atau tidak sukanya tenaga kerja
terhadap berbagai aspek dari pekerjaan.
Selanjutnya dibahas tiga model yang mencerminkan hubungan-hubungan yang
berbeda antara sikap dan motivasi untuk performance secara efektif.
Pada model A, kondisi kerja mempengararuhi sikap tenaga kerja terhadap
pekerjaan dan organisasi, dan sikap ini secara langsung mempengaruhi
secara langsung besarnya upaya untuk melakukan pekerjaan.
Pada model B,Sikap kerja merupakan akibat dari, dan bukan yang menetukan motivasi kerja dan unjuk kerja.
Pada model C,mengungkapkan bahwa tidak ada hubungan kausal langsung
antara sikap kerja dan unjuk kerja. Sikap tidak menyebabkan timbulnya
unjuk kerja tertentu.
Sikap kerja yang dibicarakan dalam model A,B, dan C mengungkapkan
kepuasan kerja. Makin positif sikap kerjanya, makin besar kepuasan
kerjanya.
Motivasi ( Effort), kemampuan, dan persepsi peran, menghasilkan unjuk
kerja (performance)dan memperoleh imbalan ( reward). Imbalan dinilai
apakah adil (perceived equittable reward), hasilnya menentukan besar
kecilnya kepuasan kerja. Motivasi menetukan tinggi rendahnya unjuk
kerja. Unjuk kerja menghasilkan imbalan ( dinilai adil atau tidak) yang
menetukan tinggi rendahnya kepuasan kerja.
Chiselli dan Brown mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dapat menimbulkan kepuasan kerja :
1. Kedudukan
2. Pangkat Kerja
3. Masalah Umur
4. Jaminan finansial dan jaminan sosial
5. Mutu Pengawasan
Harold E. Burt, mengemukakan pendapat tentang faktor-faktor yang ikut menentukan kepuasan kerja sebagai berikut :
1. Faktor hubungan antar karyawan
2. Faktor-faktor Individual
3. Faktor-faktor luar
Pendapat Gilmer (1966) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja sebagai berikut :
a. Kesempatan untuk maju
b. Keamanan kerja
c. Gaji
d. Perusahaan dan manajemen
e. Pengawasan (Supervisi)
f. Faktor intrinsik dari pekerjaan
g. Kondisi kerja
h. Aspek sosial dalam pekerjaan
i. Komunikasi
j. Fasilitas
2. Pengertian
Ada beberapa definisi kepuasan kerja antara lain :
1. Kepuasan kerja merupakan penilaian dari pekerja yaitu seberapa jauh
pekerjaan secara keseluruhan memuaskan kebutuhannya. (Robert Hoppecl New
Hope Pensyvania).
2. Kepuasan kerja berhubungan dengan sikap dari karyawan terhadap
pekerjaan itu sendiri,situasi kerja, kerja sama, antar pemimpin dan
sesama keryawan (Tiffin).
3. Kepuasan kerja merupakan sikap umum yang merupakan hasil dari
beberapa sikap khusus terhadap faktor- faktor pekerjaan, penyesuian diri
dan hubungan sosial individu di luar kerja (Blum) .
4. Kepuasan kerja pada dasarnya adalah ” security feeling” (rasa aman) dan mepunyai segi-segi :
a. Segi sosial ekonomi (gaji dan jaminan sosial).
b. Segi sosial psikologi :
– Kesempatan untuk maju
– Kesempatan mendapatkan penghargaan
– Berhubungan dengan masalah pengawasan
– Berhubungan dengan pergaulan antara karyawan dengan karyawan dan
antara keryawan dengan atasannya. (Sutrisno Hadi ’Analisa Jabatan dan
Kegunaannya’. Bulletin Psychology).
Dapat disimpulkan dari pendapat beberapa ahli di atas bahwa kepuasan
kerja merupakan suatu sikap yang positif yang menyangkut penyesuaian
diri yang sehat dari para karyawan terhadap kondisi dan situasi kerja,
termasuk di dalamnya upah , kondisi sosial, kondisi fisik dan kondisi
psikologis.
3 Teori-teori Kepuasan Kerja
3.1. Teori Pertentangan (Discrepancy Theory)
Teori pertentangan dari locke menyatakan bahwa kepuasan atau
ketidakpuasan terhadap beberapa aspek dari pekerjaan mencerminkan
penimbangan dua nilai : 1. pertentangan yang dipersepsikan antara apa
yang diinginkan seseorang individu dengan apa yang diterima ; 2.
pentingnya apa yang diinginkan bagi individu.
Menurut Locke seseorang individu akan merasa puas atau tidak puas
merupakan sesuatu yang pribadi, tergantung bagaimana ia mempersiapkan
adanya kesesuaian atau pertentangan antara keinginan dan hasil
keluarnya.
3.2. Model dari Kepuasan Bidang/ Bagian (Facet Satisfication)
Model Lawler dari kepuasan bidang berkaitan erat dengan teori keadilan
dari Adams, menurut model Lawler orang akan puas dengan bidang tertentu
dari pekerjaan mereka jika jumlah dari bidang mereka persepsikan harus
mereka terima untuk melaksanakan kerja mereka sama dengan jumlah yang
mereka persepsikan dari yang secara aktual mereka terima. Jumlah dari
bidang yang dipersepsikan orang sebagai sesuai tergantung dari bagaimana
orang mempersepsikan masukan pekerjaan, ciri-ciri pekerjaan,dan
bagaimana mereka mempersepsikan masukan dan keluaran dari orang lain
yang dijadikan pembanding.
3.3. Teori Proses-Bertentangan (Opponent-Proses Theory)
Teori proses bertentangan dari Landy memandang kepuasan kerja dari
perspektif yang berbeda secara mendasar daripada pendekatan yang lain.
Teori ini menekankan bahwa orang ingin mempertahankan suatu keseimbangan
emosional (emotional equilibrium), berdasarkan asumsi bahwa kepuasan
kerja yang bervariasi secara mendasar dari waktu ke waktu akibatnya
ialah bahwa pengukuran kepuasan kerja perlu dilakukan secara periodik
dengan interval waktu yang sesuai.
4. Faktor-faktor Penentu Kepuasan Kerja
Banyak faktor yang telah diteliti sebatgai faktor-faktor yang mungkin menentukan kepuasan kerja.
4.1. Ciri-ciri Intrinsik Pekerjaan
Menurut Locke, ciri-ciri intrinsik dari pekerjaan yang menetukan
kepuasan kerja ialah keragaman, kesulitan,jumlah pekerjaan, tanggung
jawab, otonomi, kendali terhadap metode kerja, kemajemukan, dan
kreativitas, terdapat satu unsur yang dijumpai pada ciri-ciri intrinsik
yaitu tantangan mental.
Berdasarkan survei diagnostik diperoleh hasil tentang lima ciri yang
memperlihatkan kaitannya dengan kepuasan kerja untuk berbagai macam
pekerjaan. Ciri-ciri tersebut ialah :
1. Keragaman keterampilan.
2. Jati diri tugas (task identity).
3. Tugas yang penting (task significance).
4. Otonomi.
5. Pemberian balikan pada pekerjaan membantu meningkatkan tingkat kepuasan kerja.
Model karakteristik pekerjaan dari motivasi kerja menunjukan hubungan
yang erat dengan kepuasan kerja. Kepuasan kerja bersamaan dengan
motivasi internal yang tinggi. Konsep yang diajukan oleh Herzbeg, yang
mengelompokan ciri-ciri pekerjaan intrinsik ke dalam kelompok
motivators.
4.2. Gaji Penghasilan, Imbalan yangn Dirasakan Adil (Equittable Reward)
Uang memang mempunyai arti yang berbeda- beda bagi orang yang
berbeda-beda . Dengan menggunakan teori keadilan dari Adams dilakukan
berbagai penelitian dan salah satu hasilnya ialah bahwa orang yang
menerima gaji yang terlalu kecil atau terlalu besar akan mengalami
disterss atau ketidakpuasan.
Yang penting ialah sejauh mana gaji yang diterima dirasakan adil, jika
gaji dipersepsikan sebagai adil berdasarkan tuntutan kerja, tingkat
pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar gaji yang berlaku
untuk kelompok pekerjaan tertentu, maka akan ada kepuasan kerja.
Uang atau imbalan akan mempunyai dampak terhadap motivasi kerjanya jika
besarnya imbalan disesuaikan dengan tinggi prestasi kerjanya.
Tampaknya semua ahli setuju untuk memasukan teori Herzberg dalam
pandangan teori kepuasan kerja karyawan. Pemilihan ini disebabkan karena
teori Herzberg diturunkan atas pembagian hierarki kebutuhan Maslow
menjadi kebutuhan atas dan bawah.
Maslow membagi kebutuhan manusia berdasarkan hierarki dari kebutuhan
yang paling rendah ke kebutuhan yang paling tinggi. Kebutuhan manusia
versi Maslow pertingkatan adalah: Kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa
aman, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi
diri.
Pembagian dua buah atas dan bawah itu membuat teori Herzberg dikenal
orang sebagai two factor theory atau motivator hygiene theory. Kebutuhan
tingkat atas pada teori Herzberg yang diturunkan dari maslow adalah
penghargaan dan aktualisasi diri yang disebut sebagai motivator,
sedangkan kebutuhan yang lain digolongkan menjadi kebutuhan bawah yang
disebut sebagai hygiene factor.
Terdapat faktor-faktor tertentu yang diasosiakan dengan kepuasan kerja
dan faktor-faktor tertentu yang disosiasikan dengan ketidakpuasan kerja.
Faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja antara lain:
1. Tanggung jawab (responsibility), besar kecilnya yang dirasakan dan diberikan pada tenaga kerja.
2. Kemajuan (advancement), besar kecilnya kemungkinan tenaga kerja dapat maju dalam pekerjaannya.
3. Pencapaian (achievement), besar kecilnya tenaga kerja mencapai prestasi kerja yang tinggi.
4. Pengakuan (recognition), besar kecilnya pengakuan yang diberikan kepada tenaga kerja atas kinerjanya.
5. Pekerjaan itu sendiri (work it self), besar kecilnya tantangan bagi tenaga kerja dari pekerjaannya.
Semua faktor diatas sering kali berhubungan dengan isi (content) dari
sebuah pekerjaan, itu mengapa seringkali disebut juga content factor.
Sedangkan kelompok-kelompok faktor yang berhubungan dengan ketidakpuasan
dalam pekerjaan seringkali disebut dengan context factor. Faktor faktor
ini adalah:
1. Kebijakan perusahaan (company policy), derajat kesesuaian yang
dirasakan tenaga kerja dari semua kebijakan dan peraturan yang berlaku
diperusahaan.
2. Penyeliaan (supervision), derajat kewajaran penyeliaan yang dirasakan oleh tenaga kerja.
3. Gaji (salary), derajat kewajaran gaji/upah sebagai suatu imbalan atas hasil kerjanya (performance)
4. Hubungan antar pribadi (interpersonal relations), derajat keseuaian
yang dirasakan dalam berinteraksi dengan tenaga kerja lainnya.
5. Kondisi kerja (working condition), derajat kesesuaian kondisi kerja dengan proses pelaksanaan pekerjaannya.
Content factor dalam teori Herzberg sering disebut dengan motivator,
yaitu faktor faktor yang dapat mendorong orang untuk dapat memenuhi
kebutuhan tingkat atasnya dan merupakan penyebab orang menjadi puas atas
pekerjaannya. Bila content factor ini tidak ada, maka akan dapat
menyebabkan seseorang tidak lagi puas atas pekerjaannya atau orang
tersebut dalam keadaan netral, merasa tidak ”puas” tetapi juga tidak
merasa ”tidak puas”.
Sedangkan context factor, yang berhubungan dengan lingkungan pekerjaan
ini sering disebut dengan hygiene factor, dimana pekerjaan memberikan
kesempatan untuk seseorang dalam pemenuhan kebutuhan tingkat bawah. Bila
context factor yang tidak terpenuhi, tidak ada, ataupun tidak sesuai
maka dapat membuat pekerja merasa tidak puas (dissatisfied).
Dalam ketidakterpenuhinya context factor akan membuat tenaga kerja
banyak mengeluh dan merasa tidak puas, tetapi bila dipenuhi maka pekerja
akan berada pada posisi tidak lagi tidak puas (bukan berarti puas) atau
tepatnya dalam keadaan posisi netral.
Faktor faktor yang masuk kedalam kelompok motivator cenderung merupakan
faktor yang menimbulkan motivasi kerja yang lebih bercorak proaktif,
sedangkan faktor yang termasuk kedalam kelompok hygiene cenderung
menghasilkan motivasi kerja yang lebih reaktif. Faktor hygiene bisa
memindahkan ketidakpuasan dan meningkatkan performance, namun sampai
titik tertentu, memperbaiki faktor faktor tersebut tidak lagi
berpengaruh banyak.
Untuk itu usaha-usaha yang dilakukan untuk lebih meningkatkan peformance
dan sikap lebih positif, sebaiknya menggunakan dan berpusat pada faktor
faktor motivator. Pekerjaan seharusnya dirancang sedemikian rupa
sehingga menghasilkan derajat penghargaan yang tinggi oleh kedua faktor
tersebut. Faktor hygiene untuk menghindari ketidakpuasan kerja karyawan
dan motivator sebagai faktor yang memastikan kepuasan kerja karyawan.
Teori-Teori tentang Kepuasan Kerja
Menurut Wexley dan Yukl (1977) teori-teori tentang kepuasan kerja ada tiga macam yang lazim dikenal yaitu:
1.Teori Perbandingan Intrapersonal (Discrepancy Theory)
Kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan oleh individu merupakan hasil
dari perbandingan atau kesenjangan yang dilakukan oleh diri sendiri
terhadap berbagai macam hal yang sudah diperolehnya dari pekerjaan dan
yang menjadi harapannya. Kepuasan akan dirasakan oleh individu tersebut
bila perbedaan atau kesenjangan antara standar pribadi individu dengan
apa yang diperoleh dari pekerjaan kecil, sebaliknya ketidakpuasan akan
dirasakan oleh individu bila perbedaan atau kesenjangan antara standar
pribadi individu dengan apa yang diperoleh dari pekerjaan besar.
2. Teori Keadilan (Equity Theory)
Seseorang akan merasa puas atau tidak puas tergantung apakah ia
merasakan adanya keadilan atau tidak atas suatu situasi. Perasaan equity
atau inequity atas suatu situasi diperoleh seseorang dengan cara
membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor,
maupunditempat lain.
3. Teori Dua – Faktor (Two Factor Theory)
rinsip dari teori ini adalah bahwa kepuasan dan ketidakpuasan kerja
merupakan dua hal yang berbeda. Menurut teori ini, karakteristik
pekerjaan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yang satu dinamakan
Dissatisfier atau hygiene factors dan yang lain dinamakan satisfier atau
motivators.
Satisfier atau motivators adalah faktor-faktor atau situasi yang
dibuktikannya sebagai sumber kepuasan kerja yang terdiri dari prestasi,
pengakuan, wewenang, tanggungjawab dan promosi. Dikatakan tidak adanya
kondisi-kondisi ini bukan berarti membuktikan kondisi sangat tidak puas,
tetapi kalau ada, akan membentuk motivasi kuat yang menghasilkan
prestasi kerja yang baik. Oleh sebab itu faktor ini disebut sebagai
pemuas.
Hygiene factors adalah faktor-faktor yang terbukti menjadi sumber
kepuasan, terdiri dari gaji, insentif, pengawasan, hubungan pribadi,
kondisi kerja dan status. Keberadaan kondisi-kondisi ini tidak selalu
menimbulkan kepuasan bagi karyawan, tetapi ketidakberadaannnya dapat
menyebabkan ketidakpuasan bagi karyawan. As’ad (2004, p.104). Sebuah
kelompok psikolog Universitas Minnesota pada akhir tahun 1950-an membuat
suatu program riset yang berhubungan dengan problem umum mengenai
penyesuaian kerja. Program ini mengembangkan sebuah kerangka konseptual
yang, diberi nama Theory of Work Adjustment (Wayne dan Cascio, 1990,
p.277).
Theory of Work Adjustment didasarkan pada hubungan antara individu
dengan lingkungan kerjanya. Hubungan tersebut dimulai ketika individu
memperlihatkan kemampuan atau keahlian yang memungkinkan untuk
memberikan tanggapan terhadap kebutuhan kerja dari suatu lingkungan
kerja. Dari lain pihak, lingkungan kerja menyediakan pendorong atau
penghargaan tertentu seperti gaji, status, hubungan pribadi, dan
lain-lain dalam hubungannya dengan kebutuhan individu.
Jika individu memenuhi persyaratan kerja, maka karyawan akan dianggap
sebagai pekerja-pekerja yang memuaskan dan diperkenankan untuk tetap
bekerja di dalam badan usaha. Di lain pihak, jika kebutuhan kerja
memenuhi kebutuhan individu atau memenuhi kebutuhan kerja, pekerja
dianggap sebagai pekerja-pekerja yang puas.
Individu berharap untuk dievaluasi oleh penyelia sebagai pekerja yang
memuaskan ketika kemampuan dan keahlian individu memenuhi persyaratan
kerja. Apabila pendorong-pendorong dari pekerjaan memenuhi kebutuhan
kerja dari individu, mereka diharapkan untuk jadi pekerja yang puas.
Seorang karyawan yang puas dan memuaskan diharapkan untuk melaksanakan
pekerjaannya. Jika kemampuan dan persyaratan kerja tidak seimbang, maka
pengunduran diri, tingkat pergantian, pemecatan dan penurunan jabatan
dapat terjadi. Model Theory of Work Adjustment mengukur 20 dimensi yang
menjelaskan 20 kebutuhan elemen atau kondisi penguat spesifik yang
penting dalam menciptakan kepuasan kerja. Dimensi-dimensi tersebut
dijelaskan sebagai berikut:
a. Ability Utilization adalah pemanfaatan kecakapan yang dimiliki oleh karyawan.
b. Achievement adalah prestasi yang dicapai selama bekerja.
c. Activity adalah segala macam bentuk aktivitas yang dilakukan dalam bekerja.
d. Advancement adalah kemajuan atau perkembangan yang dicapai selama bekerja.
e. Authority adalah wewenang yang dimiliki dalam melakukan pekerjaan.
f. Company Policies and Practices adalah kebijakan yang dilakukan adil bagi karyawan.
g. Compensation adalah segala macam bentuk kompensasi yang diberikan kepada para karyawan.
h. Co-workers adalah rekan sekerja yang terlibat langsung dalam pekerjaan.
i. Creativity adalah kreatifitas yang dapat dilakukan dalam melakukan pekerjaan.
j. Independence adalah kemandirian yang dimiliki karyawan dalam bekerja.
k. Moral values adalah nilai-nilai moral yang dimiliki karyawan dalam
melakukan pekerjaannya seperti rasa bersalah atau terpaksa.
l. Recognition adalah pengakuan atas pekerjaan yang dilakukan.
m. Responsibility, tanggung jawab yang diemban dan dimiliki.
n. Security, rasa aman yang dirasakan karyawan terhadap lingkungan kerjanya.
o. Social Service adalah perasaan sosial karyawan terhadap lingkungan kerjanya.
p. Social Status adalah derajat sosial dan harga diri yang dirasakan akibat dari pekerjaan.
q. Supervision-Human Relations adalah dukungan yang diberikan oleh badan usaha terhadap pekerjanya.
r. Supervision-Technical adalah bimbingan dan bantuan teknis yang diberikan atasan kepada karyawan.
s. Variety adalah variasi yang dapat dilakukan karyawan dalam melakukan pekerjaannya.
t. Working Conditions, keadaan tempat kerja dimana karyawan melakukan pekerjaannya.
DAFTAR PUSTAKA
(
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/teori-teori-kepuasan-kerja-2/)
(
http://www.psikologizone.com/teori-herzberg-dan-kepuasan-kerja-karyawan)
(
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/teori-teori-tentang-kepuasan-kerja-dan.html)